191 tahun lalu, gempa megathrust menghantam Bengkulu dengan kekuatan M 8,8-9,2, menciptakan tsunami dahsyat yang meluluhlantakkan Sumatera.
Generasi.co, Jakarta – 191 tahun yang lalu, tepatnya pada 24-25 November 1833, gempa megathrust berkekuatan M 8,8 hingga 9,2 mengguncang Bengkulu dan sejumlah wilayah di Sumatera.
Gempa dahsyat ini memicu tsunami besar yang melanda kawasan pesisir, menciptakan kehancuran masif dari Bengkulu hingga Padang.
Gempa megathrust ini tercatat dalam berbagai literatur, termasuk buku Katalog Tsunami Indonesia Tahun 416-2021 yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta Journal of Geophysical Research pada tahun 1987.
Kronologi Gempa Megathrust di Bengkulu
Menurut data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gempa ini terjadi di lepas pantai barat Sumatera pada 24 November 1833 pukul 20.30 WIB.
Gempa dirasakan luas, bahkan hingga Jawa dan Singapura, dengan durasi getaran bervariasi di beberapa wilayah:
- Bengkulu: Getaran berlangsung sekitar lima menit.
- Padang: Getaran dirasakan hingga tiga menit.
Setelah gempa utama, tsunami dahsyat menyapu berbagai wilayah pesisir, termasuk:
- Bengkulu
- Pulau Cinco
- Indrapura
- Padang
- Pariaman
PVMBG mencatat bahwa gempa ini disebabkan oleh deformasi lantai samudra yang menciptakan gelombang tsunami.
Selain itu, gempa memicu retakan pada dinding Danau Gunung Api Kaba, menyebabkan air danau meluap dan membanjiri wilayah sekitarnya.
Dampak Gempa Megathrust dan Tsunami Bengkulu
Bencana gempa dan tsunami 1833 membawa dampak luar biasa, baik secara material maupun korban jiwa:
1. Banjir dan Kerusakan di Bengkulu
- Danau Gunung Api Kaba: Retakan pada dinding danau menyebabkan air meluap, menenggelamkan tujuh desa di sekitarnya.
- Ketinggian air banjir: Desa-desa di wilayah ini terendam hingga 6,09 meter dengan lumpur setinggi 1,82 meter.
- Korban jiwa: Sebanyak 90 orang dilaporkan meninggal dunia di dua distrik.
2. Kerusakan Infrastruktur
- Bengkulu: Hampir semua bangunan rusak berat. Benteng dan menara di daerah ini roboh.
- Padang: Guncangan yang berulang kali membuat rumah-rumah batu kehilangan dinding dan atap, meskipun rumah kayu relatif bertahan.
- Pariaman: Getaran sangat kuat sehingga orang tidak dapat berdiri dengan seimbang.
3. Dampak Tsunami
- Pantai Bengkulu: Gelombang tsunami menghancurkan tanggul pemecah gelombang dan rumah-rumah di sepanjang pesisir.
- Tanah Retak: Banyak tanah mengalami retakan besar yang mengeluarkan air dan lumpur.
Tsunami Dahsyat yang Meluluhlantakkan Pesisir Sumatera
Tsunami yang terjadi setelah gempa megathrust 1833 mencapai ketinggian gelombang yang sangat besar, menyapu daratan hingga jauh ke pedalaman.
Pantai-pantai di Bengkulu, Padang, dan Pariaman mengalami kehancuran yang signifikan.
- Gelombang menghancurkan bangunan dan fasilitas yang berada di dekat pantai.
- Banyak penduduk pesisir kehilangan tempat tinggal, harta benda, bahkan nyawa akibat gelombang dahsyat ini.
Pelajaran dari Bencana Megathrust Bengkulu
Gempa megathrust 1833 menjadi pengingat bahwa kawasan barat Sumatera merupakan salah satu wilayah yang rawan terhadap aktivitas tektonik besar.
Berikut adalah beberapa pelajaran penting dari peristiwa ini:
1. Kesiapsiagaan terhadap Megathrust
Gempa megathrust berpotensi terjadi lagi di sepanjang zona subduksi Sumatera, sehingga kesiapan masyarakat dan pemerintah menjadi sangat penting untuk meminimalkan dampak.
2. Pentingnya Mitigasi Tsunami
Dengan panjangnya garis pantai dan tingginya risiko tsunami, diperlukan sistem peringatan dini yang andal serta edukasi masyarakat tentang evakuasi.
3. Pengelolaan Lingkungan
Retakan pada Danau Gunung Api Kaba mengingatkan pentingnya memantau kawasan vulkanik yang dapat memperburuk dampak gempa dan tsunami.
Mengenang Korban dan Meningkatkan Kesadaran
Bencana ini telah meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Sumatera pada masa itu.
Peringatan 191 tahun gempa megathrust Bengkulu menjadi momen untuk mengenang korban sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana.
Dengan memahami sejarah gempa besar ini, diharapkan langkah-langkah preventif yang lebih baik dapat diambil untuk melindungi masyarakat dari ancaman gempa serupa di masa depan.
(BAS/Red)