Ribuan buruh PT Sritex gelar doa bersama di Sukoharjo, mendoakan keselamatan dan keberlangsungan perusahaan. Mereka berharap Presiden RI Prabowo Subianto beri keputusan agar Sritex tetap beroperasi.
Generasi.co, Jakarta – Ribuan buruh PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) berkumpul di Lapangan Serba Guna Kompleks PT Sritex, Sukoharjo, untuk menggelar doa bersama, pada Jumat (27/12/2024).
Dikutip generasi.co, acara berlangsung khidmat ini usung tema “Keselamatan, Kebangkitan, dan Kejayaan Sritex”.
Dengan mengenakan pakaian serba putih, para buruh memanjatkan doa demi keberlangsungan perusahaan tekstil yang menjadi tumpuan hidup mereka.
Dalam suasana penuh haru, terlihat berbagai spanduk yang dibentangkan oleh para buruh, bertuliskan aspirasi dan harapan mereka.
Beberapa di antaranya berbunyi, “Selamatkan Kami Pak Prabowo,” “Terima Kasih Pak Wamennaker,” dan “Terima Kasih Presidenku Pak Prabowo.”
Spanduk tersebut mencerminkan kekhawatiran sekaligus harapan besar para buruh terhadap masa depan Sritex.
Harapan Besar Agar Sritex Tetap Beroperasi
Koordinator Serikat Pekerja Sritex Grup, Slamet Kaswanto, menyampaikan para buruh akan melakukan segala upaya agar Sritex tetap beroperasi.
Ia menegaskan, banyak dari mereka telah mengabdi di perusahaan tersebut selama puluhan tahun.
Sritex, menurutnya, bukan hanya kebanggaan lokal, tetapi juga menjadi satu-satunya perusahaan di Asia Tenggara yang memiliki lisensi untuk memproduksi seragam NATO.
“Segala daya upaya akan kita lakukan. Puluhan tahun kita sudah mengabdi bekerja di tempat ini. Sritex menghasilkan produk-produk yang luar biasa.”
“Satu-satunya lisensi seragam NATO hanya ada di Sritex di Asia Tenggara ini,” ujar Slamet dalam orasinya seusai doa bersama.
Slamet juga menyampaikan harapan agar Presiden RI Prabowo Subianto berikan keputusan yang memungkinkan Sritex terus beroperasi.
Menurutnya, kontribusi para buruh selama ini telah memberikan dampak besar bagi negara, sehingga kelangsungan operasional Sritex adalah bentuk penghargaan atas kerja keras mereka.
“Sebetulnya kita sudah berjasa kepada negara ini. Sepantasnya Pak Prabowo memberikan peluang, memberikan putusan untuk Sritex harus tetap berjalan seperti biasanya,” tambah Slamet.
Keinginan Buruh: Tetap Bekerja di Sritex
Meskipun pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan telah memberikan jaminan berupa pelatihan kerja dan lapangan pekerjaan baru bagi buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), Slamet menegaskan bahwa hal tersebut bukanlah solusi yang diinginkan oleh para buruh.
“Mekanisme terburuknya nanti, jika Sritex tutup, Kementerian Tenagakerjaan akan memberikan jaminan kehilangan pekerjaan dan mencarikan BLK-BLK atau lapangan pekerjaan baru untuk teman-teman Sritex,” jelas Slamet.
Namun, ia menambahkan para buruh lebih memilih untuk tetap bekerja di Sritex daripada harus mencari pekerjaan baru.
“Kita terima kasih kepada mereka yang sudah memikirkan kita semua. Namun, bukan itu yang kita inginkan. Yang kita inginkan adalah terus bekerja,” tegasnya.
Sritex: Pilar Ekonomi Lokal dan Regional
PT Sritex telah lama menjadi pilar ekonomi di Sukoharjo dan sekitarnya.
Dengan ribuan tenaga kerja yang bergantung pada operasional perusahaan ini, keberlangsungan Sritex menjadi isu yang sangat penting, tidak hanya bagi buruh, tetapi juga bagi masyarakat lokal.
Selain itu, Sritex juga dikenal secara internasional berkat kualitas produknya, termasuk seragam militer yang telah diekspor ke berbagai negara.
Sebagai satu-satunya perusahaan di Asia Tenggara yang memegang lisensi produksi seragam NATO, Sritex memiliki posisi strategis yang sulit digantikan.
Penutupan perusahaan ini, jika terjadi, dapat memberikan dampak signifikan terhadap sektor ekonomi dan sosial di wilayah tersebut.
Aksi Solidaritas dan Dukungan dari Berbagai Pihak
Selain doa bersama, para buruh juga menggalang dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat dan daerah.
Mereka berharap, aksi ini dapat mengetuk hati para pemangku kebijakan untuk mempertimbangkan nasib ribuan buruh yang menggantungkan hidup pada Sritex.
“Kita berharap doa dan usaha kita ini didengar oleh mereka yang berwenang. Kita tidak meminta banyak, hanya kesempatan untuk tetap bekerja dan berkontribusi,” pungkas Slamet.
(BAS/Red)