Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno mendukung pembukaan perdagangan internasional Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) sebagai langkah strategis mempercepat transisi energi dan meningkatkan daya saing global.
Generasi.co, Jakarta – Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PAN, Eddy Soeparno, menyatakan dukungannya terhadap pembukaan perdagangan internasional Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon).
Menurut Eddy, langkah ini merupakan terobosan penting yang memungkinkan transaksi karbon antarnegara dilakukan secara seamless atau tanpa hambatan.
“Pembukaan perdagangan karbon internasional ini sejalan dengan komitmen Indonesia di COP 29 untuk memaksimalkan potensi kredit karbon yang telah terverifikasi di Indonesia,” ujar Eddy, Selasa (21/1/2025).
Kredit Karbon: Pendukung Transisi Energi
Eddy menjelaskan bahwa perdagangan karbon internasional memiliki peran strategis dalam mendukung transisi energi di Indonesia.
Kredit karbon yang dihasilkan dari proyek konversi energi, seperti pembangkit listrik energi terbarukan berbasis air dan geothermal, jadi salah satu faktor utama untuk mempercepat peralihan dari energi fosil ke energi terbarukan.
“Carbon credit yang dihasilkan dari proyek energi terbarukan seperti air dan geothermal tidak hanya menjadi pendorong transisi energi, tetapi juga menjadi sumber pendapatan negara yang signifikan di masa depan,” kata Eddy.
Ia juga menambahkan, perdagangan karbon internasional akan memberikan insentif ekonomi kepada penghasil emisi karbon untuk segera beralih ke energi terbarukan.
Dengan begitu, pelaku industri yang berkontribusi pada emisi karbon dapat memanfaatkan nilai ekonomi dari kredit karbon.
Potensi Indonesia di Pasar Global
Eddy yang juga merupakan Anggota DPR RI dari Dapil Jawa Barat III (Kota Bogor dan Kabupaten Cianjur) menyebutkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain dominan di sektor perdagangan karbon internasional.
“Indonesia dapat menawarkan carbon credit berkualitas tinggi yang mengombinasikan Nature Based Solution dan Engineered Based Solution. Inilah yang dibutuhkan pasar global saat ini,” jelasnya.
Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, Indonesia dapat memanfaatkan metodologi berbasis alam (Nature Based Solution) seperti reforestasi, serta solusi berbasis teknologi (Engineered Based Solution) seperti proyek energi terbarukan untuk menghasilkan kredit karbon yang kompetitif di pasar internasional.
Harapan untuk Masa Depan
Eddy mendorong agar semakin banyak proyek yang memenuhi syarat untuk menghasilkan kredit karbon.
Ia berharap proyek-proyek tersebut tidak hanya berbasis pada konversi energi, tetapi juga mencakup sektor lain yang relevan dengan pengurangan emisi karbon.
“Untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional, Bursa Karbon Indonesia harus menjadi platform yang dapat menawarkan kredit karbon berkualitas tinggi sesuai kebutuhan pasar global,” imbuhnya.
Menurut Eddy, langkah ini juga dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang berkomitmen dalam mengatasi perubahan iklim sekaligus memanfaatkan peluang ekonomi dari perdagangan karbon.
Pembukaan perdagangan internasional Bursa Karbon Indonesia merupakan langkah strategis untuk mendukung transisi energi di Indonesia sekaligus meningkatkan daya saing di pasar global.
Dengan potensi besar yang dimiliki, Indonesia dapat menjadi pemain dominan di sektor perdagangan karbon internasional.
Dukungan penuh dari pemerintah, pelaku industri, dan berbagai pihak terkait akan menjadi kunci sukses dalam memanfaatkan peluang ini untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.