Wakil Ketua MPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menegaskan bahwa pengelolaan sampah harus terpadu dengan sistem yang baik, regulasi yang jelas, serta kolaborasi semua pihak demi pelestarian lingkungan Indonesia.
Generasi.co, Jakarta – Wakil Ketua MPR RI sekaligus Anggota Komisi XII DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menegaskan pentingnya pengelolaan sampah terpadu melalui sistem yang terstruktur, regulasi yang jelas, ekosistem hijau yang berkelanjutan, serta kolaborasi lintas sektor.
Menurutnya, langkah ini bukan hanya untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, tetapi juga sebagai bagian dari strategi nasional untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah global.
Pernyataan tersebut disampaikan Ibas dalam Rapat Kerja Komisi XII DPR RI bersama Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, pada Rabu (5/2/2025).
Rapat ini membahas berbagai isu strategis, termasuk evaluasi kinerja 2024, program kerja 2025, strategi perdagangan karbon, tindak lanjut hasil COP-29, serta solusi terhadap permasalahan sampah.
Lingkungan Bersih Cerminan Wajah Bangsa
Dalam pemaparannya, Ibas mengangkat dokumenter produksi Barack Obama berjudul Our Ocean (Laut Kita), yang membahas dampak lingkungan terhadap kehidupan manusia.
Sekaligus membahas bagaimana dunia menilai suatu negara berdasarkan kondisi lingkungan dan kebersihannya.
“What we see, what we eat, where we live. Apa yang kita lihat, apa yang kita makan, di mana kita tinggal tiga hal ini mencerminkan cara kita berinteraksi dengan dunia dan bagaimana kehidupan kita terbentuk,” kata Ibas mengutip film dokumenter tersebut.
Ia menekankan bahwa kebersihan lingkungan tidak hanya penting bagi wisatawan atau pendatang, tetapi juga bagi masyarakat yang menetap dalam jangka panjang.
“Wajah negara ini juga ditentukan oleh lingkungan dan kebersihannya. Sejauh mana Indonesia asri? Itu bisa menjadi impresi dunia terhadap kita,” ujar Ibas.
Karena itu, menurutnya, Indonesia harus memiliki mindset baru, edukasi yang kuat, regulasi yang mendukung, serta sistem yang baik dalam menjaga lingkungan.
Gerakan besar bersama diperlukan agar keberlanjutan lingkungan tetap terjaga.
Dukungan Anggaran dan Infrastruktur yang Memadai
Ibas menyoroti tantangan keterbatasan anggaran dalam sektor lingkungan.
Ia membandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Jerman, dan Swedia, yang memiliki anggaran besar untuk isu lingkungan.
“Tapi kita tidak perlu kecil hati, Pak Menteri. Indonesia ini luas, padat penduduk, dan tantangannya tentu tidak mudah.”
“Jadi, edukasi saja tidak cukup. Kita harus menyiapkan infrastruktur yang mendukung pelestarian lingkungan yang lebih baik,” tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya insentif bagi perusahaan yang berkontribusi dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan.
“Di industri, tempat publik, bahkan rumah tangga, kita bisa mulai dari hal-hal sederhana. Kalau pun kita belum secanggih Swedia dalam mengolah sampah plastik secara masif, kita bisa memulai dengan membangun tempat pembuangan sampah terpadu berbasis teknologi yang sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing,” jelasnya.
Indonesia Harus Ambil Peran di Pasar Karbon Global
Selain masalah sampah, Ibas menyoroti strategi perdagangan karbon sebagai peluang besar bagi Indonesia di tingkat global.
Ia berharap tindak lanjut dari COP-29 dapat mengukuhkan komitmen Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim dan memanfaatkan pasar karbon sebagai sumber pendapatan hijau yang berkelanjutan.
Di sisi lain, ia mengapresiasi Kementerian Lingkungan Hidup yang telah bekerja keras dalam mengurangi tingkat kebakaran hutan dan deforestasi.
Namun, ia juga menegaskan pentingnya penyelesaian konflik tenurial yang masih menjadi masalah di berbagai wilayah.
“Kementerian Lingkungan Hidup punya tugas besar, tidak hanya memastikan pengelolaan hutan yang adil antara swasta dan masyarakat, tetapi juga menyelesaikan status legal kawasan hutan untuk meminimalkan konflik,” katanya.
Insentif dan Sanksi untuk Kelestarian Lingkungan
Sebagai langkah strategis, Ibas mengusulkan penerapan insentif dan sanksi dalam menjaga lingkungan hidup.
“Kita perlu kolaborasi antara pemerintah, swasta, komunitas, dan masyarakat dalam pengelolaan sampah. Regulasi harus diiringi dengan investasi yang mendukung.”
“Perusahaan yang mematuhi standar lingkungan harus diberi insentif, sementara yang melanggar harus mendapatkan sanksi tegas,” tegasnya.
Dengan kebijakan yang tegas dan inovatif, Ibas optimistis Indonesia bisa menciptakan ekosistem lingkungan yang teratur, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
“Semua ini bukan hanya untuk bumi kita, tetapi juga untuk kesehatan dan lingkungan asri Indonesia,” pungkasnya.
(BAS/Red)