Jack the Ripper, Teror Pembunuh Berantai di London

Foto: Forbes Winslow memunculkan tindakan rahasia Jack the Ripper, dari The Illustrated Police News. (28 September 1889.) (msmagazine.com)
Foto: Forbes Winslow memunculkan tindakan rahasia Jack the Ripper, dari The Illustrated Police News. (28 September 1889.) (msmagazine.com)

Jack the Ripper, pembunuh misterius yang meneror London pada tahun 1888, masih menjadi teka-teki besar dalam dunia kriminal. Siapa sebenarnya pelaku di balik pembunuhan brutal ini?

Generasi.co, Jakarta – Jack the Ripper adalah salah satu kasus pembunuhan paling terkenal dalam sejarah kriminal dunia.

Pembunuh misterius ini meneror distrik Whitechapel, London, pada tahun 1888 dengan serangkaian pembunuhan sadis terhadap pekerja seks komersial.

Identitas Jack the Ripper menjadi misteri besar yang sangat lama belum terungkap atau terpecahkan.

Profil Kasus dan Korban

Antara Agustus hingga November 1888, lima korban utama yang dikenal sebagai “Canonical Five” ditemukan dalam kondisi mengenaskan.

Korban-korban tersebut adalah:

  1. Mary Ann Nichols (31 Agustus 1888) – Tubuhnya ditemukan di Buck’s Row dengan luka sayatan di leher dan perut terbuka.
  2. Annie Chapman (8 September 1888) – Ditemukan di Hanbury Street dengan luka yang sama dan organ tubuhnya dikeluarkan.
  3. Elizabeth Stride (30 September 1888) – Korban ini hanya mengalami luka di leher, yang menunjukkan kemungkinan si pembunuh terganggu saat beraksi.
  4. Catherine Eddowes (30 September 1888) – Pembunuh kembali beraksi pada malam yang sama, membunuh korban kedua dalam kondisi mengenaskan.
  5. Mary Jane Kelly (9 November 1888) – Korban terakhir yang tubuhnya dimutilasi secara ekstrem di dalam rumahnya.

Metode Pembunuhan dan Pola Kejahatan

Jack the Ripper dikenal dengan cara pembunuhan yang brutal.

Ia menyerang korban di tempat sepi pada malam hari, menyayat leher mereka, dan mengeluarkan organ dalam dengan presisi yang membuat beberapa ahli percaya bahwa ia memiliki pengetahuan medis.

Penyelidikan dan Teori Identitas Pembunuh

Pihak kepolisian London melakukan investigasi besar-besaran, tetapi minimnya bukti forensik pada saat itu membuat kasus ini sulit dipecahkan.

Banyak teori berkembang mengenai identitas pembunuh, di antaranya:

  • Dr. Thomas Neill Cream – Seorang dokter yang dieksekusi karena meracuni banyak wanita.
  • Montague John Druitt – Seorang pengacara dan guru yang bunuh diri setelah pembunuhan terakhir.
  • Aaron Kosminski – Seorang tukang cukur yang memiliki riwayat gangguan mental.
Foto: Korban Jack the Ripper (express.co.uk)

Namun, hingga saat ini, belum ada bukti kuat yang mengungkap siapa sebenarnya Jack the Ripper.

Dampak dan Warisan Kasus

Kasus ini meninggalkan dampak besar dalam dunia kriminal dan budaya populer.

Banyak buku, film, dan serial TV yang terinspirasi dari kejahatan ini.

Jack the Ripper tetap menjadi sosok pembunuh berantai paling misterius dalam sejarah.

Identitas Sebenarnya Terungkap

Jack the Ripper pembunuh berantai yang terkenal di London, Inggris selama ini ternyata imigran keturunan Yahudi dari Polandia yang melarikan diri ke kota itu.

Peneliti Russell Edwards berhasil mendeteksi wajah Jack the Ripper setelah menggunakan teknologi perombakan wajah baru untuk menciptakan gambar hitam putih CGI penampilan si pembunuh sadis pada saat itu.

Edwards memakai bukti DNA pada selendang salah satu korbannya untuk membuktikan Jack the Ripper sebenarnya adalah Aaron Kosminski.

Jack the Ripper ((Image: (Image: Russell Edwards/IG))

Aaron Kosminski, seorang imigran Yahudi dari Polandia yang merupakan salah satu tersangka utama pada saat pembunuhan mengerikan di Whitechapel, London.

Dalam buku kedua yang diterbitkan, Russell tidak hanya mengidentifikasi si Pembantai tetapi juga alasannya mengapa ia memutilasi korbannya sedemikian rupa dan bagaimana ia bisa lolos dari kejahatan ini.

Jack the Ripper membantai dan membunuh sedikitnya lima wanita di Kawasan Whitechapel, London hanya dalam kurun waktu empat bulan dari Agustus-November 1888.

Tiga di antaranya diambil organ dalamnya yang mengarah pada teori bahwa pembunuhnya tentu memiliki beberapa keterampilan anatomi.

Selanjutnya sejak April 1888 hingga Februari 1891 telah terjadi pembunuhan brutal di daerah yang sama Whitechapel terhadap 11 wanita yang sebagian besar pelacur.

Mary Ann Nichols, Annie Chapman, Elizabeth Stride, Catherine Eddowes, dan Mary Jane Kelly dibunuh dari Agustus hingga November 1888.

Mereka semua mengalami nasib yang sama yaitu luka pada bagian tenggorokan dan vagina, tiga diantaranya dimutilasi dan beberapa bagian tubuhnya dibawa oleh pembunuh berantai Ripper.

Selendang jadi barang bukti

Hampir 120 tahun kemudian pada tahun 2007, Edwards menemukan selendang yang diduga milik salah satu korban Jack the Ripper, Chatherine Eddowes saat dilelang di Bury St Edmunds, Suffolk.

Untuk memastikan kebenarannya, Edwards melakukan serangkaian tes DNA yang panjang pada bercak darah dan air mani yang diduga tertinggal di selendang itu dengan bantuan kerabat jauh korban dan tersangka.

Ajaibnya, ada kecocokan antara bercak darah dengan keturunan langsung Eddowes yang tidak ingin disebutkan namanya.

Sementara itu, penggalian jasad milik Kosminski yang diduga sosok Jack the Ripper ditolak.

Namun, noda air mani juga cocok dengan salah satu keturunan saudara perempuan Kosminski.

Kosminski lahir pada 11 September 1865 yang berarti saat terjadi pembunuhan saat itu ia berusia 22 atau 23 tahun.

Ia tumbuh di Klodawa, Polandia sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara.

Ayahnya meninggal saat masih muda, ibunya menikah lagi tapi dengan catatan ia mungkin telah dilecehkan secara seksual oleh ayah tirinya.

Pada tahun 1882, 6 tahun sebelum pembunuhan, Kosminski dan keluarganya melarikan diri ke East End, London untuk menghindari anti-Semitisme yang saat itu menyebar di Eropa timur.

Selama penyelidikan pembunuhan berantai Whitechapel, Kosminski ditetapkan sebagai tersangka.

Menurut catatan yang dirahasiakan pada tahun 1894, Kosminski diduga memiliki kebencian terhadap wanita terutama dari kelas pelacur dan memiliki kecenderungan untuk membunuh.

Namun, ia tak diadili karena pihak berwenang enggan menuduh seorang Yahudi dikarenakan potensi dampak anti-Semitisme.

Edwards mengungkap bagaimana Kosminski dapat terhindar dari perkara pembunuhan berantai ini.

Sebab diduga ia memiliki kakak laki-laki seorang freemasonry dan memiliki hubungan saudara dengan Masonik.

Pada Februari 2023, Edwards menerima beberapa foto, termasuk foto 15 pria yang semuanya berkumis mancung dan mengenakan setelan jas.

Mereka diketahui sebagai anggota Lodge of Israel, sebuah ordo Freemasonry yang dibentuk untuk imigran Yahudi di Inggris.

Salah satu dari mereka adalah kakak tertua Kosminski, Isaac, yang merupakan seorang penjahit kaya yang pindah ke London pada tahun 1870 dan mengubah nama belakangnya menjadi Abrahams.

Menariknya, dalam Kode Masonik kuno, “Master Mason” yang disebut Hiram Abiff dibunuh oleh tiga pembunuh, yang dikenal sebagai “The Juwes”, karena menolak untuk mengungkapkan rahasianya.

Jack the Ripper ternyata meninggalkan petunjuk lain di lokasi pembunuhan Eddowes.

Yakni dengan meninggalkan kalimat misterius yang ditulis dengan kapur:

“Orang Yahudi adalah orang yang tidak akan disalahkan atas apa pun.”

Kata Juwes dieja dengan ucapan Masonik.

Kosminski tak pernah ditangkap dan diadili, karena diduga mengalami gangguan skizofrenia.

Dimana ia mengancam saudara perempuannya dengan pisau, ia dimasukkan ke rumah sakit jiwa Colney Hatch di London Utara.

(BAS/Red)