Donald Trump kembali dilantik sebagai Presiden AS, memicu reaksi beragam di Jerman. Kanselir Olaf Scholz sampaikan ucapan selamat meski hubungan trans-Atlantik menghadapi tantangan baru.
Generasi.co, Jakarta – Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) untuk periode kedua, membawa angin perubahan yang memicu kekhawatiran di kalangan politisi Jerman.
Kanselir Jerman Olaf Scholz tetap menyampaikan ucapan selamat kepada Trump, berharap ada kerja sama yang baik di masa depan.
“Bersama-sama, kita dapat memberikan momentum penting untuk kebebasan, perdamaian, keamanan, serta kemakmuran ekonomi di kedua sisi Atlantik,” ujar Scholz dalam pernyataan resminya.
Namun, Scholz memilih tidak menghadiri pelantikan tersebut, berbeda dengan beberapa pemimpin dunia yang diundang.
Pemimpin Oposisi dan Sayap Kanan Jerman Hadiri Pelantikan
Ketidakhadiran Scholz menyoroti hubungan yang kian renggang antara Jerman dan AS di bawah kepemimpinan Trump.
Sebaliknya, dua politisi dari partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD), Tino Chrupalla dan Beatrix von Storch, hadir dalam acara tersebut.
Kedekatan AfD dengan Trump terlihat jelas, terutama dalam isu migrasi dan kebijakan energi.
Di sisi lain, Friedrich Merz, pemimpin oposisi dari partai Christian Democratic Union (CDU), menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan Trump jika ia terpilih sebagai Kanselir Jerman dalam pemilu mendatang.
Merz menekankan pentingnya persatuan Eropa untuk menghadapi kebijakan proteksionisme Trump.
Kritik Duta Besar Jerman terhadap Trump Bocor ke Publik
Hubungan diplomatik Jerman-AS semakin tegang setelah pesan internal dari Duta Besar Jerman untuk AS, Andreas Michaelis, bocor ke media.
Dalam pesan tersebut, Michaelis mengkritik keras prinsip demokrasi AS di bawah Trump, menyebutnya sebagai “agenda gangguan maksimum.”
Friedrich Merz menyebut insiden ini sebagai pukulan besar bagi reputasi pemerintah Jerman di Washington.
“Tidak ada seorang pun dari pemerintah federal ini yang akan mampu menemukan teman bicara di Washington dalam waktu dekat,” kata Merz dalam wawancaranya dengan Deutschlandfunk.
Eropa Siap Hadapi Ancaman Tarif Impor
Salah satu isu utama yang memicu kekhawatiran di Jerman adalah ancaman Trump untuk memberlakukan tarif impor pada barang-barang Eropa.
Kepala Eksekutif Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK), Helena Melnikov, memperingatkan dampak serius kebijakan tersebut terhadap perekonomian Jerman.
“Setiap empat pekerjaan di Jerman bergantung pada ekspor, dan setengah dari pekerjaan itu berada di sektor industri. Tarif baru akan menghantam sektor ini dengan keras,” jelas Melnikov.
Menteri Urusan Ekonomi Jerman, Robert Habeck, menanggapi ancaman ini dengan sikap tegas.
“Eropa siap mengambil tindakan balasan jika AS memberlakukan tarif yang tidak adil,” ujarnya.
Habeck juga mengkritik keputusan Trump menarik diri dari perjanjian iklim Paris, menyebutnya sebagai sinyal buruk bagi dunia.
Angela Merkel: Kemitraan dengan AS Tetap Penting
Mantan Kanselir Jerman Angela Merkel menekankan pentingnya menjaga hubungan erat dengan AS, meski tantangan diplomatik meningkat.
Dalam memoarnya, Merkel mengakui kesulitan bekerja dengan Trump selama masa jabatan pertamanya, namun menegaskan bahwa kemitraan trans-Atlantik tetap vital untuk memastikan stabilitas global, terutama dalam menghadapi perang Rusia-Ukraina.
Merkel menambahkan bahwa dukungan AS dan NATO sangat diperlukan untuk memastikan Ukraina tetap menjadi negara merdeka.
Kekhawatiran muncul karena Trump mengindikasikan ingin mengakhiri dukungan untuk Ukraina, yang bisa memaksa negara tersebut membuat konsesi teritorial kepada Rusia.
Pandangan Olaf Scholz terhadap Kepemimpinan Trump
Kanselir Scholz mengambil sikap konfrontatif terhadap beberapa kebijakan Trump, termasuk klaim imperialistiknya atas Greenland dan rencana untuk menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris.
Scholz menilai kebijakan Trump sebagai ancaman terhadap stabilitas internasional dan prinsip demokrasi.
Meski demikian, Scholz tetap menekankan pentingnya menjaga hubungan trans-Atlantik yang kuat.
Dalam pesannya, ia menyatakan keyakinan bahwa kerja sama yang erat dapat memberikan momentum positif bagi kedua belah pihak.
Kritik terhadap Trump Bocor ke Media
Ketegangan antara Jerman dan AS semakin meningkat setelah sebuah pesan diplomatik dari Duta Besar Jerman untuk AS, Andreas Michaelis, bocor ke media.
Dalam pesan tersebut, Michaelis mengkritik prinsip dasar demokrasi AS di bawah Trump dan menyebut agenda Trump sebagai “gangguan maksimum.”
Kebocoran ini memicu respons keras dari politisi Jerman, termasuk Friedrich Merz.
Friedrich Merz: Eropa Harus Bersatu
Friedrich Merz, kandidat kanselir dari CDU, menyatakan bahwa Eropa harus bersatu menghadapi tantangan global, termasuk hubungan dengan AS.
Merz menekankan pentingnya persatuan di antara negara-negara Eropa agar mereka dihormati di kancah internasional.
“Selama negara-negara Eropa terpecah, tidak ada yang akan menganggap kita serius,” ujar Merz dalam sebuah pertemuan partai kanan-tengah di Berlin.
Merz juga menulis surat kepada Trump, menegaskan bahwa jika ia terpilih sebagai kanselir, ia akan menjadikan hubungan Jerman-AS sebagai prioritas utama.
Ancaman Tarif Impor AS
Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK) memperingatkan dampak serius dari ancaman tarif impor baru yang direncanakan oleh Trump.
Menurut Kepala Eksekutif DIHK, Helena Melnikov, ekonomi Jerman sangat bergantung pada ekspor, dengan setiap empat pekerjaan terkait langsung dengan perdagangan internasional.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menyatakan bahwa Eropa siap mengambil langkah balasan jika tarif tersebut diberlakukan.
“Kami tidak menginginkan konfrontasi, tetapi Eropa tidak akan tinggal diam jika kebijakan proteksionisme AS mengancam ekonomi kami,” tegas Habeck.
Hubungan Trump dengan AfD
Kedekatan Trump dengan partai sayap kanan Jerman, Alternative for Germany (AfD), menjadi sorotan.
Trump secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap AfD melalui platform X (dulu Twitter), menyebut mereka sebagai satu-satunya harapan bagi Jerman.
Dua politisi terkemuka AfD, Tino Chrupalla dan Beatrix von Storch, bahkan diundang ke pelantikan Trump, sementara Kanselir Scholz tidak diundang.
Angela Merkel: Pentingnya Kemitraan Trans-Atlantik
Mantan Kanselir Jerman Angela Merkel turut memberikan pandangannya.
Dalam memoarnya, Merkel mengungkapkan tantangan yang dihadapinya selama masa kepresidenan pertama Trump.
Ia menekankan bahwa kemitraan dengan AS lebih penting dari sebelumnya untuk memastikan Rusia tidak memenangkan perang di Ukraina dan menjaga stabilitas NATO.
Pelantikan kembali Donald Trump sebagai Presiden AS membawa tantangan baru bagi hubungan Jerman-AS.
Kanselir Olaf Scholz dan kandidat kanselir Friedrich Merz menawarkan pendekatan yang berbeda dalam menghadapi kebijakan Trump.
Sementara itu, ancaman tarif impor AS dan hubungan Trump dengan AfD menambah kompleksitas dinamika politik internasional ini.
(BAS/Red)