Pertaruhan Presiden Biden di Venezuela Bersama Maduro


Washington, 15 Juli 2024 – Presiden Joe Biden mengambil langkah berani dalam kebijakan luar negerinya dengan mempertaruhkan pelonggaran sanksi terhadap Venezuela. Sebagai gantinya, Presiden Venezuela Nicolás Maduro berjanji untuk menyelenggarakan pemilihan presiden yang bebas dan adil pada tahun ini.

Dengan pemilihan umum yang tinggal kurang dari dua minggu lagi, rakyat Venezuela dan pejabat Amerika Serikat mencermati apakah upaya ini akan membuahkan hasil yang demokratis. Persiapan menjelang pemilu pada 28 Juli menunjukkan tanda-tanda yang tidak menjanjikan, seperti pelarangan politisi paling populer, pemblokiran pemantau dari Uni Eropa, serta pelecehan terhadap kandidat oposisi dan pendukung mereka.

Harapan dari Pihak Oposisi
Meskipun kondisi yang tidak ideal, pihak oposisi dan pendukung mereka di AS berharap Edmundo González, yang unggul dalam jajak pendapat, dapat memenangkan pemilu dan memaksa Maduro untuk menegosiasikan transisi damai. “Setahun lalu, banyak yang mengatakan ini tidak mungkin terjadi. Oposisi tidak akan bersatu, dan rezim tidak akan mengizinkan pemilu,” kata seorang pejabat senior AS yang berbicara dengan syarat anonim​ (DW)​​ (Hindustan Times)​.

Menjelang pemungutan suara, negosiasi antara AS dan Venezuela telah dihidupkan kembali. Para diplomat AS berupaya memastikan pemilu berjalan lancar, sementara sekutu kiri Maduro mendesaknya untuk menerima hasil pemilu. Jika Donald Trump kembali terpilih sebagai presiden, kesempatan langka untuk berunding ini mungkin akan berakhir. Selama masa jabatannya, Trump mengakui pemimpin oposisi Juan Guaidó sebagai pemimpin sah Venezuela, yang menyebabkan Maduro memutuskan hubungan diplomatik dan AS meningkatkan sanksi​ (Hindustan Times)​.

Implikasi bagi Kebijakan Luar Negeri AS
Keberhasilan strategi Biden akan menjadi kemenangan kebijakan luar negeri yang signifikan. Keberhasilan ini dapat memungkinkan lebih dari 7 juta warga Venezuela yang melarikan diri dari pemerintahan Maduro — termasuk ratusan ribu di AS — untuk kembali ke tanah air mereka. Selain itu, keberhasilan ini juga dapat mengurangi pengaruh Rusia, Cina, dan Iran di Venezuela serta memberikan AS akses yang lebih besar ke sumber minyak penting di negara tersebut​ (Hindustan Times)​.

Tantangan dalam Pemilu Venezuela
Namun, Maduro tampaknya tidak akan membiarkan oposisi menang dengan mudah. Mahkamah Agung Venezuela yang dikendalikan oleh Maduro telah melarang María Corina Machado, penantang terkuatnya, untuk mencalonkan diri. Machado memenangkan pemilihan pendahuluan oposisi dengan lebih dari 92 persen suara. Pejabat AS menjelaskan bahwa jika Machado dilarang ikut pemilu, kesepakatan yang dicapai di Qatar akan batal, dan sanksi minyak yang telah dicabut akan diberlakukan kembali​ (Hindustan Times)​.

Masa Depan Politik Venezuela
Apa yang akan terjadi jika Maduro kalah dalam pemungutan suara? Para pemimpin di seluruh belahan bumi, termasuk beberapa yang memiliki hubungan baik dengan Maduro, mendesak kedua belah pihak untuk mempersiapkan pengalihan kekuasaan secara damai. Ekonom Victor Álvarez, mantan pendukung Chávez, telah mengedarkan proposal di mana Maduro dapat dijadikan anggota seumur hidup Majelis Nasional, yang akan memberinya kekebalan parlemen​ (Hindustan Times)​.

Henrique Capriles, pemimpin oposisi yang kalah tipis dalam pemilihan presiden 2013 dari Maduro, menyatakan bahwa Maduro perlu merasa yakin bahwa ia tidak akan dipenjara setelah menyerahkan kekuasaan. Andrés Izarra, mantan menteri di bawah Chávez, mengatakan bahwa transisi hanya mungkin terjadi jika Maduro dipaksa atau jika para pemimpin militer dibujuk untuk berunding​ (Hindustan Times)​.

Edmundo González, kandidat oposisi, menyatakan kesediaannya untuk menegosiasikan pengalihan kekuasaan dengan Maduro jika ia memenangkan pemilu. “Kami berharap pemerintah memiliki kedewasaan politik untuk menerima kekalahan dalam pemilu dan bahwa pemerintahan baru akan mengambil alih kekuasaan,” kata González​ (Hindustan Times)​.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa membaca artikel lengkap di Washington Post dan The New York Times.