Indonesia resmi bergabung dengan BRICS, membuka peluang ekonomi global sekaligus tantangan baru.
Generasi.co, Jakarta – Indonesia kini resmi menjadi anggota BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa), sebuah kelompok ekonomi yang mewakili hampir 40 persen populasi dunia.
Keputusan ini menuai beragam pendapat, baik dari sisi peluang maupun tantangan yang dihadapi.
Dalam diskusi daring bertajuk “Setelah Indonesia Gabung BRICS: Peluang dan Manfaat Ekonomi Apa Saja yang Kita Dapatkan?” yang digelar oleh Forum Diskusi Denpasar 12, Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menekankan pentingnya kerja sama global yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi.
“Aspek perlindungan, kesejahteraan, pendidikan, dan perdamaian dunia harus menjadi basis dalam perluasan kerja sama global kita,” ujar Lestari Moerdijat dikutip generasi.co.
Manfaat Ekonomi dan Daya Tawar Indonesia
Wakil Menteri Luar Negeri, Arif Havas Oegroseno, menjelaskan bahwa bergabungnya Indonesia ke BRICS membuka peluang besar di bidang perdagangan dan investasi.
Ia menyebut bahwa fokus utama BRICS tidak terletak pada Rusia, melainkan pada China dan India, yang memiliki volume ekonomi signifikan.
Menurut Havas, BRICS dapat menjadi platform untuk menyusun norma perdagangan baru yang menandingi standar perdagangan Uni Eropa.
“Jika anggota BRICS bisa menyamakan pandangan dalam perdagangan, daya tawar Indonesia akan meningkat secara signifikan,” jelasnya.
Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal BKPM, Tirta Nugraha Mursitama, menambahkan bahwa peluang kerja sama melalui BRICS meliputi 15 komoditas utama.
Seperti batu bara, minyak mentah, baterai lithium, hingga teknologi kendaraan listrik.
Tirta juga menyoroti potensi transfer teknologi yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia.
Tantangan Ekonomi dan Diplomasi
Meski menjanjikan, bergabungnya Indonesia dengan BRICS juga menghadirkan tantangan.
Yose Rizal Damuri, Direktur Eksekutif CSIS, mengungkapkan bahwa sebagian besar negara anggota BRICS memiliki surplus perdagangan besar, yang dapat menjadikan Indonesia sebagai pasar produk mereka.
“Bila semua produsen, yang membeli produknya siapa?” tanyanya.
Yose juga mengingatkan bahwa Indonesia harus mampu memanfaatkan BRICS untuk mendapatkan pembiayaan tambahan guna mendukung pembangunan nasional.
Esther Sri Astuti, Direktur Eksekutif INDEF, menambahkan bahwa neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara BRICS saat ini mengalami defisit.
Selain itu, kewajiban finansial sebagai anggota baru juga harus diantisipasi.
“Karena bukan negara pendiri, kita harus waspada terhadap hak eksklusif yang mungkin dimiliki oleh negara-negara pendiri,” tegasnya.
Pendekatan Diplomasi yang Bebas dan Aktif
Anggota Komisi I DPR RI, Amelia Anggraini menilai, keanggotaan Indonesia di BRICS sejalan dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
“Ini adalah peluang untuk memperkuat diplomasi ekonomi global kita,” ujarnya.
Namun, Amelia mengingatkan agar kerja sama dengan BRICS dilakukan secara hati-hati, dengan menempatkan kepentingan nasional di atas segalanya.
Keputusan Strategis Pemerintah
Keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS telah melalui pertimbangan mendalam.
Menurut wartawan senior Usman Kansong, Presiden RI Prabowo Subianto meyakini bahwa keanggotaan ini membawa banyak manfaat bagi Indonesia.
“Sekarang tergantung pada kita, apakah kita siap mewujudkan manfaat itu menjadi nyata,” pungkasnya.
Bergabungnya Indonesia dengan BRICS membuka peluang besar dalam diplomasi ekonomi dan kerja sama global.
Namun, langkah ini juga menghadirkan tantangan yang membutuhkan strategi cermat dan komitmen kuat dari semua pihak.
Dengan memanfaatkan peluang dan mengelola risiko dengan baik, Indonesia dapat menjadikan keanggotaan BRICS sebagai tonggak penting dalam memperkuat posisi di kancah internasional.