PDIP sebut kedekatan Prabowo-Megawati saat Hari Lahir Pancasila bukti penghormatan antar pemimpin dan komitmen menjaga persatuan bangsa.
Generasi.co, Jakarta – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menilai kedekatan antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam momen Upacara Hari Lahir Pancasila merupakan simbol kenegarawanan dan semangat menjaga persatuan bangsa.
Ketua DPP PDIP, Said Abdullah, mengatakan hubungan antara Megawati dan Prabowo bukanlah sesuatu yang baru. Keduanya sudah memiliki kedekatan sejak lama, terutama dalam hal-hal strategis yang menyangkut kepentingan negara, termasuk ideologi Pancasila.
“Hubungan mereka terjalin erat sejak lama, baik dalam konteks politik maupun ketika membahas isu-isu strategis negara,” ujar Said dalam pernyataan tertulis, Selasa (3/6/2025).
Said juga menyinggung kunjungan Presiden Prabowo ke kediaman Megawati di Menteng pada Senin (7/4) malam. Menurutnya, silaturahmi tersebut adalah bentuk penghormatan Prabowo kepada para tokoh bangsa, sejalan dengan kunjungan serupa yang ia lakukan ke mantan pemimpin nasional lainnya.
“Gestur tersebut menunjukkan sikap kenegarawanan Prabowo. Ini akan menjadi modal penting untuk menjaga stabilitas politik nasional ke depan,” tambahnya.
Dalam pidato pada Upacara Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Jakarta, Presiden Prabowo bahkan menyebut nama Megawati lebih dulu dibanding tokoh-tokoh lain. Said menilai hal itu sebagai penghormatan tulus terhadap Megawati, bukan sekadar bentuk relasi politik praktis.
“Presiden memberikan tempat terhormat kepada Ibu Mega, baik sebagai Presiden ke-5 RI maupun sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP. Ini menunjukan hubungan batiniah dan historis yang melampaui sekadar kepentingan politik sesaat,” kata Said.
Ia menambahkan, Presiden Prabowo dalam pidatonya juga menekankan pentingnya persatuan nasional untuk menghadapi tantangan kebangsaan yang semakin kompleks, yang sejalan dengan semangat yang selalu diusung Megawati.
Keakraban yang ditunjukkan Prabowo dan Megawati, lanjut Said, mencerminkan tradisi kebangsaan yang sudah ada sejak era pendiri bangsa. Ia mengingatkan kembali momen ketika tokoh seperti Buya Hamka memimpin salat jenazah Presiden Soekarno, meskipun mereka pernah berselisih dalam hal politik.
“Sikap semacam ini hanya bisa muncul dari tokoh-tokoh yang telah matang secara kebangsaan dan mampu melihat politik sebagai alat perjuangan, bukan tujuan,” tuturnya.
Momen hangat antara Prabowo dan Megawati juga terlihat di ruang tunggu Gedung Pancasila sebelum upacara dimulai. Di sana, Prabowo sempat bercanda soal penampilan Megawati, yang ia nilai tampak lebih kurus.
“Ibu agak kurus, Bu. Waduh, luar biasa. Diet Ibu berhasil,” kata Prabowo sambil tertawa. Megawati pun menanggapi santai, “Oh iya, diet kurus itu.”
Kehangatan tersebut menjadi simbol hubungan harmonis dua tokoh besar yang punya sejarah politik panjang, dan kini kembali memperlihatkan semangat kebersamaan dalam menjaga keutuhan bangsa.
(BAS/Red)