Jerawat bikin risih, bukan hanya soal penampilan, tapi kadang juga sakit dan meninggalkan bekas. Untungnya, para dokter kulit di rumah sakit dan lembaga akademik terkemuka punya panduan yang jelas: mulai dari kebiasaan harian sederhana sampai terapi medis yang kuat.
Kenali dulu musuhnya — kenapa jerawat muncul?
Dokter kulit menjelaskan jerawat terjadi karena gabungan beberapa faktor: produksi minyak berlebih (sebum), pori yang tersumbat (komedo), bakteri Cutibacterium acnes, dan reaksi peradangan. Penjelasan ini menjadi dasar rekomendasi yang disusun oleh tim pakar seperti Rachel V. Reynolds, MD—seorang kontributor utama pada Guidelines of Care American Academy of Dermatology (dokumen yang disusun oleh dokter-dokter dari rumah sakit akademik di AS seperti Beth Israel Deaconess, Emory, UCLA, dan lainnya). Ketika Anda tahu mekanismenya, tindakan yang dipilih bisa lebih tepat sasaran.
Langkah 1. Bangun fondasi harian yang benar (cukup sederhana, tapi krusial)
Dokter kulit dari kelompok pedoman AA D seperti Dr. Rachel V. Reynolds menekankan: jangan remehkan rutinitas dasar. Lakukan ini setiap hari:
- Cuci muka dua kali — pagi dan malam — dengan pembersih lembut.
- Pakai pelembap non-komedogenik walau kulit berminyak.
- Gunakan tabir surya non-komedogenik tiap pagi (karena banyak obat jerawat membuat kulit sensitif terhadap matahari).
Kebiasaan sederhana ini meningkatkan efektivitas semua perawatan berikutnya.
Langkah 2. Obat topikal: andalan untuk jerawat ringan–sedang
Para ahli Eropa seperti Prof. Alexander Nast dan Prof. Brigitte Dréno (kontributor European S3 guideline) dan tim AA D merekomendasikan pilar topikal berikut:
- Retinoid topikal (adapalene, tretinoin) — mencegah penyumbatan pori dan memperbaiki tekstur kulit; dipakai malam.
- Benzoyl peroxide (BPO) — mengurangi bakteri dan peradangan; sering dipadukan dengan retinoid untuk hasil lebih baik.
- Alternatif/komplementer: asam salisilat, azelaic acid, atau clascoterone untuk kulit sensitif atau masalah pigmentasi.
Praktik aman: mulailah bertahap (mis. retinoid 2–3 kali/ minggu lalu tingkatkan), dan jangan menumpuk banyak produk aktif sekaligus tanpa panduan dokter karena bisa menyebabkan iritasi.
Catatan keselamatan: laporan investigasi independen (mis. yang dipublikasikan oleh laboratorium pemeriksa produk) menemukan bahwa beberapa produk BPO tertentu dapat mengandung jejak benzena pada kondisi tertentu; regulator kesehatan menindaklanjuti temuan ini. Dokter kulit menyarankan menyimpan produk sesuai petunjuk, membuang yang kedaluwarsa, dan berkonsultasi jika khawatir.
Langkah 3. Bila peradangan meluas: opsi obat oral (dengan pengawasan dokter)
Jika jerawat meradang luas, berisi nodul, atau tidak membaik setelah 8–12 minggu perawatan topikal, dokter spesialis akan mempertimbangkan terapi oral. Rekomendasi dari panduan JAAD (tim termasuk Dr. Rachel V. Reynolds dkk.) dan tinjauan BMJ menyebut:
- Antibiotik oral (doxycycline, minocycline, sarecycline) untuk menekan peradangan — penggunaan dibatasi waktu untuk mencegah resistensi.
- Terapi hormonal / spironolactone untuk wanita dewasa dengan jerawat hormon-aktif — review ilmiah (contoh: studi yang dibahas dalam jurnal medis) menunjukkan spironolactone efektif jika dipantau dokter.
- Isotretinoin oral untuk jerawat berat (nodulokistik) atau yang berisiko menimbulkan bekas parut — sangat efektif tapi memerlukan pemantauan medis ketat dan kontraindikasi kehamilan harus dihindari.
Intinya: obat oral ampuh, namun harus di bawah pengawasan dokter kulit karena potensi efek samping dan kebutuhan pemantauan laboratorium.
Langkah 4. Perawatan profesional bila diperlukan
Untuk bekas jerawat atau kasus yang tidak merespons, dokter seperti Dr. Alison Layton (kontributor guideline Eropa/klinis) dan tim ahli merekomendasikan prosedur lanjutan: chemical peels, microneedling, laser fraksional, terapi cahaya, atau injeksi kortikosteroid untuk nodul. Setiap prosedur punya manfaat dan risiko — konsultasikan dengan dokter spesialis berpengalaman.
Langkah 5 — Peran diet dan gaya hidup (pendukung, bukan penyebab tunggal)
Beberapa meta-analisis dan review (dirangkum oleh kelompok pedoman internasional) menemukan hubungan antara pola makan ber-indeks glikemik tinggi (banyak gula/karbo olahan) dan perburukan jerawat; konsumsi susu juga dikaitkan dalam beberapa studi. Dokter biasanya menyarankan eksperimen sederhana: kurangi makanan ber-GI tinggi dan amati selama beberapa minggu. Hasil tiap orang berbeda — diet bantu, bukan obat tunggal.
Langkah 6. Rencana praktis 4–8 minggu yang bisa dipraktekkan
- Minggu 1–2: Rutinitas dasar (cuci muka, pelembap, sunscreen). Perkenalkan satu produk aktif (mis. BPO tipis di pagi hari).
- Minggu 3–4: Tambahkan retinoid malam (mulai 2–3×/minggu). Naikkan frekuensi bila toleran.
- Minggu 5–8: Evaluasi. Jika tidak ada perbaikan signifikan setelah 8–12 minggu, temui dokter kulit untuk pertimbangan obat oral atau prosedur.
Dokter rujukan yang sering disebut dalam pedoman—seperti Dr. Rachel V. Reynolds (AA D/JAAD), Prof. Alexander Nast (kontributor European S3 guideline), Prof. Brigitte Dréno (Prancis), Dr. Alison Layton (UK), serta penulis tinjauan tentang terapi hormonal—menekankan kesabaran: jerawat umumnya butuh waktu berbulan-bulan untuk membaik.
Kapan harus menemui dokter kulit sekarang juga?
Segera ke dokter bila: jerawat menyebar luas, ada benjolan besar dan nyeri (nodul), tanda-tanda jaringan parut, atau sudah mencoba perawatan OTC selama 8–12 minggu tanpa hasil. Dokter akan menyusun rencana individual berdasar riwayat, pemeriksaan, dan—jika perlu—pemeriksaan laboratorium.










