Sebanyak 29 orang tewas akibat hujan es dan hujan deras di Afghanistan. Cuaca ekstrem ini menyoroti kerentanan Afghanistan terhadap perubahan iklim, yang terus memicu bencana alam besar.
Generasi.co, Jakarta – Bencana cuaca ekstrem kembali melanda Afghanistan, mengakibatkan setidaknya 29 orang tewas dalam insiden hujan es dan hujan deras di beberapa provinsi.
Pejabat setempat mengonfirmasi ada 21 orang tewas akibat hujan es di Provinsi Farah, sementara 8 orang lainnya kehilangan nyawa akibat hujan deras di Kandahar.
“Dua puluh satu orang tewas dan enam lainnya cedera akibat hujan es di Provinsi Farah bagian barat,” ujar Mohammad Israel Sayar, Kepala Departemen Penanggulangan Bencana Provinsi Farah, seperti dikutip dari AFP, Selasa (25/2/2025).
Para korban yang tewas di Farah merupakan anggota dua keluarga yang sedang berpiknik saat bencana terjadi.
Hujan Deras
Di wilayah Kandahar selatan, hujan deras juga menelan korban jiwa.
Delapan orang, termasuk wanita dan anak-anak, dilaporkan meninggal di berbagai lokasi akibat dampak cuaca ekstrem tersebut.
Menurut laporan Departemen Penanggulangan Bencana Kandahar, beberapa korban meninggal akibat tersapu banjir dan tertimpa bangunan yang runtuh.
“Hari ini, empat wanita yang sedang sibuk mencuci pakaian tersapu banjir… dan hanya satu wanita yang selamat,” demikian pernyataan resmi dari otoritas setempat.
Selain itu, seorang anak dilaporkan tenggelam, sementara atap rumah yang runtuh menewaskan seorang wanita dan tiga anak lainnya.
Rentan Perubahan Iklim
Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, Afghanistan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Setelah mengalami dekade panjang konflik dan ketidakstabilan, negara ini kini menghadapi tantangan besar berupa bencana alam yang semakin sering terjadi.
Menurut para ilmuwan, perubahan iklim telah memicu cuaca ekstrem yang semakin sulit diprediksi.
Afghanistan bahkan tercatat sebagai negara paling rentan keenam terhadap dampak perubahan iklim di dunia.
Bencana yang umum terjadi akibat perubahan iklim di Afghanistan meliputi:
✔ Kekeringan berkepanjangan yang mengganggu sektor pertanian.
✔ Banjir bandang yang menghancurkan pemukiman dan lahan pertanian.
✔ Degradasi lahan yang mengurangi produktivitas tanah.
✔ Menurunnya hasil pertanian, menyebabkan krisis pangan bagi 80% populasi yang bergantung pada sektor ini.
Perwakilan badan pembangunan PBB di Afghanistan, Stephen Rodriques, telah mengingatkan tentang ancaman ini sejak tahun 2023.
Bencana Alam Terus Berulang
Bencana cuaca ekstrem bukan pertama kali terjadi di Afghanistan.
Pada Mei 2024, banjir bandang besar menewaskan ratusan orang dan merendam sebagian besar lahan pertanian di negara tersebut.
Sementara itu, berdasarkan catatan organisasi kemanusiaan, pada 2023, lebih dari 240 orang tewas akibat berbagai bencana alam yang dipicu oleh cuaca ekstrem di Afghanistan.
Banyaknya korban jiwa dalam setiap kejadian menunjukkan minimnya sistem mitigasi bencana di negara ini.
Kurangnya infrastruktur yang memadai, buruknya perencanaan kota, serta lemahnya sistem peringatan dini menjadi faktor utama tingginya angka korban saat terjadi bencana.
Afghanistan kembali dilanda bencana cuaca ekstrem yang merenggut setidaknya 29 nyawa akibat hujan es dan hujan lebat di dua provinsi.
✔ Di Farah, 21 orang tewas akibat hujan es saat sedang berpiknik.
✔ Di Kandahar, 8 orang meninggal akibat banjir, termasuk wanita dan anak-anak.
Sebagai negara paling rentan keenam terhadap perubahan iklim, Afghanistan menghadapi tantangan besar dalam menghadapi bencana alam yang semakin sering terjadi.
Diperlukan langkah konkret dari pemerintah dan organisasi internasional untuk meningkatkan mitigasi bencana, infrastruktur tanggap darurat, serta perlindungan bagi masyarakat rentan.
Jika tidak ada upaya serius dalam mengatasi dampak perubahan iklim, bencana seperti ini diperkirakan akan terus berulang dan semakin memakan banyak korban di masa mendatang.
(BAS/Red)