Linwei Ding, Engineer China Dituding Mata-Mata di Google Terancam Ratusan Tahun Penjara

Foto: Google
Foto: Google

Linwei Ding, seorang engineer asal China, dituding mencuri teknologi AI Google dan menghadapi dakwaan spionase ekonomi serta pencurian rahasia perusahaan. Jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman ratusan tahun penjara.

Generasi.co, Jakarta – Linwei Ding, seorang insinyur asal China yang bekerja di Alphabet induk perusahaan Google terancam hukuman berat setelah didakwa melakukan aksi mata-mata.

Pria yang juga dikenal dengan nama Leon Ding ini dituding mencuri teknologi chip Google yang digunakan untuk melatih model kecerdasan buatan (AI), termasuk Gemini dan graphical processing unit (GPU).

Dikutip dari Bloomberg, Rabu (5/2/2025), Ding menghadapi dakwaan atas tujuh pelanggaran spionase ekonomi dan tujuh pasal pencurian rahasia dagang.

Jika terbukti bersalah, ia bisa dipenjara hingga 15 tahun untuk setiap dakwaan spionase ekonomi dan 10 tahun untuk setiap dakwaan pencurian rahasia perusahaan.

Dakwaan terhadap Ding pertama kali diumumkan pada Maret 2024.

Saat itu, ia mengaku tidak bersalah dan masih menunggu keputusan akhir pengadilan.

Mulai Bekerja di Google sejak 2019, Diduga Mencuri Teknologi AI

Linwei Ding bergabung dengan Google pada 2019 dan memiliki akses ke teknologi canggih perusahaan.

Ia dituding mulai mengunggah lebih dari 500 data rahasia Google ke akun cloud pribadinya antara Mei 2022 hingga Mei 2023.

Sebagian besar data yang dicuri berkaitan dengan infrastruktur perangkat keras dan perangkat lunak yang memungkinkan pusat data Google melatih model AI mereka.

Penyelidikan internal Google menemukan bahwa Ding mengakses dan menyimpan informasi tanpa izin selama lebih dari setahun sebelum akhirnya keluar dari perusahaan pada Desember 2023.

“Setelah penyelidikan, kami menemukan bahwa karyawan ini mencuri banyak dokumen, dan kami segera melaporkan kasus ini ke penegak hukum,” kata juru bicara Google, Jose Castaneda.

Mendirikan Startup di China, Diduga Terlibat Program Pemerintah

Ding tidak hanya dituding mencuri data rahasia Google, tetapi juga diduga memiliki keterkaitan dengan program pencarian bakat yang diselenggarakan oleh pemerintah China di Shanghai.

Pada 2023, Ding mendirikan startup teknologi di China dan mendaftarkan diri dalam program tersebut.

Program ini menawarkan insentif bagi individu yang membawa kembali pengetahuan dan keahlian mereka ke China setelah bekerja atau melakukan riset di luar negeri.

Dalam surat lamarannya ke program itu, Ding menyebut bahwa produk yang dikembangkannya dapat membantu China membangun infrastruktur komputasi setara dengan teknologi internasional.

Memo internal startup milik Ding juga menunjukkan bahwa mereka berencana menawarkan produk dan layanan ke badan pemerintahan serta universitas di China.

Selain itu, Ding dikabarkan menerima tawaran dari perusahaan machine learning asal China, Rongshu, untuk menjadi Chief Technology Officer (CTO) dengan gaji USD 14.800 per bulan.

Ia juga diketahui menghabiskan lima bulan di China untuk mencari pendanaan bagi perusahaan yang didirikannya sendiri, Zhisuan, di mana ia menjabat sebagai CEO.

Yang mencurigakan, Ding tidak pernah memberi tahu Google tentang keterlibatannya dengan Rongshu maupun Zhisuan.

Penyelidikan Internal Google dan Langkah Hukum

Setelah Linwei Ding mengundurkan diri dari Google pada Desember 2023, perusahaan mulai menelusuri riwayat aktivitasnya di laptop kerja.

Dari penyelidikan tersebut, Google menemukan aktivitas pengunggahan data yang mencurigakan dari Mei 2022 hingga Mei 2023.

Atas temuan ini, Google segera melaporkan kasus tersebut ke pihak berwenang, yang kemudian berujung pada dakwaan terhadap Ding pada Maret 2024.

Dengan banyaknya bukti yang ditemukan, Ding kini menghadapi ancaman hukuman yang sangat berat.

Jika pengadilan memutuskan dirinya bersalah atas semua dakwaan, ia bisa menghabiskan sisa hidupnya di penjara dengan total hukuman ratusan tahun.

Hingga saat ini, proses hukum terhadap Ding masih berlangsung, sementara pihak Google terus bekerja sama dengan aparat penegak hukum dalam menyelidiki lebih lanjut kasus ini.

(BAS/Red)